Thursday, November 20, 2008

Kehidupan di Ronneby vs. Bolzano

Posting kali ini sengaja dibuat dalam bahasa Indonesia untuk menghindari kalo ada orang2 eropa yg tersinggung gara2 baca postingan ini. Walaupun ada kemungkinan mereka niat banget copy seluruh postingan ini buat diterjemahin si translator seperti Google language tool semoga saja mereka tak serajin itu :D Sepeti judulnya, kali ini saya coba bandingkan apa yang saya alami di Ronneby dibandingkan apa yg saya alami dulu di Bozano.

Meskipun kurang lebih sudah saya setahun di benua dingin ini tapi culture shock masih ada ketika masa2 awal tiba di Ronneby. hmm, mungkin lebih tepatnya bukan culture shock karena dgn culturenya sih more less sama. Mungkin lebih tepat kalau geographical shock.

Ronneby jauh lebih kecil dibandingkan Bolzano. Wilayah Swedia pada umumnya meskipun luas tetapi tidak banyak penghuninya menyebabkan jarang menemui keramaian apalagi di kota yang bernama Ronneby ini. Sama seperti shock ketika di Bolzano lama2 jadi dibetah2in di Ronneby. Sisi baiknya sih gak ada kemacetan dan kebisingan. Kota ini bener2 tenang buat belajar dan istirahat. Sisi buruknya adalah ketika belanja dimana mesti jalan ke kota yg cukup agak lama sekitar 15-20 menit yg kalau PP jadinya 30-40 menit. Mungkin lebih karena perjalanan pulang makan waktu lebih lama karena jalanan nanjak dan bawa belanjaan yg bisanya bikin ransel overload.

Kenapa overload? jawabannya sudah dijelaskan tadi. Karena ke kotanya jauh dan gak ada angkutan jadi mesti jalan kaki. Karena kotanya jauh jadi kalau cuaca sedang ngambek, perjalanan ke kota jadi cukup mengerikan. jadi belanjapun tidak bisa sesering ketika di Bolzano dulu. Belanja disini maksud saya adalah buat kebutuhan sehari2 seperti beras, sayur dan lauk-pauk. Sedangkan untuk belanja yg lain ditunda sampe bener2 butuh supaya banyak uang buat jalan2 dan keperluan lainnya :D

Suhu dan cuaca jadi momok buruk. Ada teman orang Swedia yg bahkan menyatakan kalau pulang malam yg ditakutkan adalah tidak ada angkutan sehingga mesti berjuang melawan suhu minus sampe ada angkutan lagi kesokan harinya. Di Bolzano juga dingin tetapi tidak ada angin yg kenceng dan karena asrama dan univnya di kota jadi tidak jauh kemana-mana.

Satu lagi yg mencolok Ronneby adalah susahnya mendapatkan bumbu2 asia. satu-satunya toko yg menjual bumbu asia adalah toko arab yg bumbu2nya tidak begitu "menggigit". jadinya mesti kuat makan berhambar-hambar ria di Ronneby. Atau kalo lagi gak beruntung masakannya terlalu asin. Bolzano cukup banyak toko2 yg menjual bumbu asia selatan dan ada satu toko yg menjual lengkap barang2 dari asia timur bahkan termasuk the legendary Indomie :D

Mengenai sesuatu yg berhubungan dengan kampus dan kuliah disini cukup berbeda dgn Bolzano karena cuma 4 mata kuliah tiap semester. Satu semester dibagi menjadi 2 learning period @ 2 bulan. Pembagian 1 semester menjadi 2 LP ini yg bikin seolah-olah kuliah disini padat. Karena tugas-tugas selalu ada tiap bulan. Beda dengan ketika di Bolzano dimana satu semester untuk 7-8 mata kuliah dan tidak dibagi menjadi learning period dimana semua kesibukan dan kehebohan adalah di akhir semester, menjelang dan ketika ujian. gak kebayang kalau di Bolzano juga diperlakukan learning period.

Perpustakaan di Ronneby atau BTH pada umumnya sangat bagus secara virtual. Maksudnya mereka punya koleksi ebook yg saya belum pernah cek apakah cukup lengkap atau tidak, tetapi koleksi journal dan database yg sangat sangat lengkap. Mencari paper dan artikel menjadi lebih mudah. Di Bolzano setahu saya masih kurang lengkap untuk sarana dan prasarana virtual ini. Tetapi perpustakaan di Bolzano ruangannya sangat nyaman dan tenang untuk belajar. Sedangkan disini perpustakaannya cenderung berisik. At least yg di Ronneby.

Akomodasi disini cukup bagus. Ada heating yg siap terus2an nyala. Suatu kemewahan yg tidak bisa dirasakan ketika di Bolzano dulu kecuali ketika di kampus. Kemewahan lain yg didapat adalah kebebasan dimana bisa lebih manusiawi dimana diperbolehkan membawa teman masuk pada saat suhu diluar sedang dingin. Sisi manusiawi yg saya dengar di asrama di Bolzano susah sangat dikurangi dengan peraturan. Sisi baik asrama di Bolzano adalah jaraknya yg sangat dekat kampus sehingga bisa sering pulang untuk sholat atau makan. Juga kehadiran cleaning lady yg cukup membantu terutama bagi saya yg malas bersih-bersih kamar.

Sisi buruk akomodasi disini adalah semua furniture mesti disediakan sendiri. Hal ini sudah saya coba penuhi dengan melobi sana sini supaya mau memberikan furniturenya ke saya walapaun beberapa furniture yg kata pemiliknya cukup bagus telah lenyap tak berbekas meskipun udah diberi label nama.

Demikian laporan perbadingan sampai saaat ini. ngantuk. tiiduur....
  Add to Technorati Favorites
Google